1. Kerajaan Kutai
b. Tahun/abad berdiri: Tahun 358 M, abad ke 4. Merupakan kerajaan tertua di Indonesia, dan menandai
masuknya masa Aksara di Indonesia
c. Struktur sosial/Kasta:
1). Gol I: Golongan Brahmana (Pendeta)
2). Gol II: Golongan Ksatria (Raja)
3). Gol III: Golongan rakyat biasa yang masih memeluk agama leluhur (Adifeto)
d. Sistem Kepercayaan: Menyembah dewa Shiwa, Animisme
e. Mata Pencaharian: berburu, perikanan, pertambangan, perniagaan, pertanian, dan peternakan.
f. Struktur Birokrasi:
1). Asmawarman
Aswawarman adalah Anak Raja Kudungga.Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang artinya pembentuk keluarga. Aswawarman memiliki 3 orang putera, dan salah satunya adalah Mulawarman.
Putra Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa diketahui bahwa pada masa pemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur.
Kerajaan Kutai seakan-akan tak tampak lagi oleh dunia luar karena kurangnya komunikasi dengan pihak asing, hingga sangat sedikit yang mendengar namanya.
2). Mulawarman
Semenjak pemerintahan Mulawarman kerajaan kutai telah menganut agama hindu. Perkembangan agama hindu dikutai mencapi puncaknya pada masa Mulawarman. Berdasarkan prasasti yupa dapat disimpulkan pula bahwa ajaran hindu yang berkembang di kutai adalah hindu Syiwaisme. Hal itu ditandai dengan adanya bangunan Waprakeswata yang berkaitan dengan Baprakeswara di jawa yang lebih menekankan pemujaan kepada syiwa.
g. Peninggalan
Informasi yang ada diperoleh dari Yupa / prasasti dalam upacara pengorbanan yang berasal dari abad ke-4. Ada tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli dalam menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tugu peringatan yang dibuat oleh para brahman atas kedermawanan raja Mulawarman. Dalam agama hindu sapi tidak disembelih seperti kurban yang dilakukan umat islam. Dari salah satu yupa tersebut diketahui bahwa raja yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman. Namanya dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada kaum brahmana. Dapat diketahui bahwa menurut Buku Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno yang ditulis oleh Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto yang diterbitkan oleh Balai Pustaka halaman 36, transliterasi prasasti diatas adalah sebagai berikut:
“ |
śrīmatah śrī-narendrasya; kuṇḍuṅgasya mahātmanaḥ; putro śvavarmmo
vikhyātah; vaṅśakarttā yathāṅśumān; tasya putrā mahātmānaḥ; trayas traya
ivāgnayaḥ; teṣān trayāṇām pravaraḥ; tapo-bala-damānvitaḥ; śrī
mūlavarmmā rājendro; yaṣṭvā bahusuvarṇnakam; tasya yajñasya yūpo ‘yam;
dvijendrais samprakalpitaḥ. |
” |
“ |
Sang Mahārāja Kundungga, yang amat mulia, mempunyai putra yang
mashur, Sang Aśwawarmman namanya, yang seperti Angśuman (dewa Matahari)
menumbuhkan keluarga yang sangat muli |
Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang saat itu ibukota di Kutai Lama (Tanjung Kute).
Kutai Kartanegara inilah, pada tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa
2. Kerajaan Tarumanegara
a.Letak: Jawa Barat, Banten, Jakarta, Beribukota di Sundapura, Bekasi
b.Tahun Berdiri: Sekitar abad ke 7M
c. Peninggalan:
1). Tujuh buah prasasti yang memakai huruf pallawa dan bahasa sanskerta.
1. Prasasti Ciampea atau Ciaruten menyebutkan tentang bekas dua kaki seperti kaki Dewa Wisnu ialah kaki yang Mulia Purnawarman, raja dari n
egeri taruma.
2. Prasasti kebon kopi di
kampung Muara Hilir Cibungbulang yg menarik dari prasati ini adalah
adanya dua tapak kaki gajah yang disamakan dengan tapak kaki gajah
Airawata (gajah kendaraan dewa wisnu).
3. Prasasti Koleangkak atau Prasasti jambu menyebutkan tentang kegagahan dan keperkasaan raja Purnawarman yang mengenakan baju ziarah (varman).
4. Prasasti Pasir Awi dan Muara Ciatenprasasti yang berhuruf ikal ini sampai sekarang belum dapat dibaca.
5. Prasasti Cidanghiang atau Lebak di
temukan tahun 1947 di daerah lebak, Munjul, Padeglang. Prasasti ini
menyebutkan tentang keperwiraan, keagungan, dan kebenaran dari
Punawarman.
6. Prasasti Tugu di
temukan di desa Tugu di daerah Cilincing, jakarta. Prasasti ini
merupakan prasasti terpanjang. Isi prasasti ini menyebutkan tentang
penggalian sungai Candrabhaga oleh raja purnawarman. Penggalian tersebut
dimaksudkan untuk menanggulangi banjir, juga penggalian sungai gomati
yang panjangnya 11 km serta selamatan dimana raja menghadiahkan 1000
ekor sapi kepada brahmana.
2). Arca Rajasi yang mempunyai trinetra, jadi merupakan area Syiwa.
3). Dua Arca Wisnu.
d. Struktur Sosial:
1). Golongan I: Masyarakat Berbudaya Hindu
2). Golongan II: Masyarakat Berbudaya Asli
e. Sistem Kepercayaan: Hindu,Buddha, Sunda Wiwitan
f.. Mata Pencaharian: Berburu, pertambangan, perikanan,pertanian,perdagangan,pelayaran
g. Faktor Keruntuhan: Ditaklukan kerajaan Sriwijaya
0 comments:
Post a Comment